“Bukan tentang sampai
ke puncaknya tapi tentang menaklukkan diri sendiri”
_idntimes.com_
Kutipan diatas seperti
menggambarkan diri kami waktu itu, walaupun tidak bisa sampai ke puncak, bisa
mendaki gunung saja sudah merupakan halnya yang “waow” untuk kami yang awam
soal “pergunungan” hehe. Bisa menaklukkan diri sendiri untuk tidak meyerah
dengan keadaan yang dihadapi membuatku ingin mengapresiasi diriku waktu itu (good job taya hehe).
So let me continue the story ^-^
Setelah makan siang dan
beristirahat di Kalimati, kami pun bersiap-siap untuk balik ke Ranu Kumbolo dan
menghabiskan malam terakhir kami di sana. Dengan melalui jalan yang sama yang dilalui
saat ke Kalimati, perjalanan lebih terasa ringan waktu itu, mungkin karena
carrier kami yang sudah semakin ringan haha, cuman sampah-sampah saja yang
makin banyak dari sebelumnya. Di sepanjang jalan kami selalu melakukan apa yang
pernah dilakukan oleh pendaki-pendaki sebelum kami, yang akan balik, yaitu
memberi semangat para pendaki yang berpapasan dengan kami. “Semangat mbakk/mas
dikit lagi nyampe” dengan senyum hangat dan perasaan bahagia. Mungkin seperti
itu perasaan para pendaki yang memberikan semangat kepada kami waktu itu.
kalau diperhatiin hampir tiap foto pasti ada gula-gula milkita di tangan atau pun di bibir kami hahahha |
Tiba di Ranu Kumbolo, kami dipertemukan kembali dengan Sul dan Samsul
Saya: Uul, Samsul sini yukk foto
bareng.
Samsul: janga mbak, aku bau,
belum mandi 3 hari
Saya: sama, kami juga bau, dan
belum mandi 3 hari, sudah sini, ngga usah malu.
(Setelah berfoto bersama merekan
pun pamit untuk melanjutkan pekerjaan mereka.)
Oshyn: nanti kalian nyari tenda
kami yah sekitar sini, kita cerita-cerita lagi.
Samsul: iya mbak (pasang senyum
malu-malu)
bareng uul dan samsul |
Kami pun mulai mencari Mas Dik
yang sudah tiba lebih dahulu dari kami, seperti yang sudah kami duga Mas Dik
mengambil tempat yang jauh dari keramaian para pendaki yang lain, seperti saat
malam pertama kami nginap. Karena ini adalah malam terakhir di Ranu Kumbolo,
kami memutuskan berpisah dengan Mas Dik untuk mencari tempat yang ramai dan
mencoba untuk berbaur dengan pendaki-pendaki yang lain dan menikmati malam
terakhir itu.
Saat mencari lokasi tenda yang
pas, di sini lah takdir mempertemukan kami dengan “The Crots genk” begitu kami
menyebutnya (soalny salah satu diantara mereka sering banget ngomong “croots”
hahah makanya kami nyebutnya the crots hahaha). Mereka adalah pendaki-pendaki
lokal yang tinggal di daerah Malang dan sekitarnya. Mendaki gunung Semeru buat
mereka seperti jalan-jalan ke Mall saat weekend. Bahkan salah satu diantara
mereka ada yang baru tiba malam itu hanya untuk membawakan teman-temannya kayu
bakar, WAOW hahahah.
Mas A: nyari tempat mbak? Sudah
disini saja di samping tenda kami, masih kosong kok.
Oshyn: iya mas, jagain tempatnya
yah aku nyari teman aku dulu.
Oshyn pun memberitahukan kami kabar
tersebut. Salah satu diantara mereka ada yang menawarkan kami minuman jahe
hangat (sumpah ini enakk bangett) dan yang lainnya membantu Aldi dan Adam untuk
memasang tenda. Malam itu benar-benar malam yang paling menyenangkan sepanjang
kami di Semeru. Bertemu dengan The Crots merupakan salah satu highlight yang
membuat perjalanan kami lebih menyenangkan. Benar-benar penutup yang sangat
membahagiakan.
Selain membantu memasangkan
tenda, mereka pun menawarkanmi kami makan malam yang rasanya seperti berada di
rumah makan saat berada di kota. Di sini lah pertama kalinya saya mencoba nasi
jagung dan ini enakkk banget, bukan cuman nasi jagung saja, lauk, sambal dan
semua yang mereka buat nggak ada yang ngga enak, semuanya superrr duperr
eeenaaakkk. Kalau mau dibandingkan dengan makanan-makanan yang sudah kami buat
selama berada di Semeru nggak bisa dibandikan dengan apa yang mereka buat
hahahahahahha jauuuhhhhhh hahahahaha.
Setelah menikmati our fancy dinner, kami pun menikmati malam yang bertabur bintang ditemani
dengan api unggun, alunan musik para pendaki dan secangkir Hot Chocolate di Ranu Kumbolo. Sesekali bergumam mengucapkan puji
syukur atas kenikmatan yang sudah Allah SWT berikan kepada kami waktu itu. Benar-benar
bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk melihat salah satu keindahan alam
milikNYA.
Tidak lama kemudian hujan pun
mulai turun di Ranu Kumbolo (cuaca di sana waktu benar-benar ngga bisa di tebak). Kami pun masuk ke dalam tenda, tidak lama setelah
itu, Uul dan Samsul berhasil menemukan tenda kami, setelah mencari-cari dari
sekian banyak tenda yang ada. Beneran nggak pernah terlintas dipikiranku kalau
mereka bakal nyari tenda kami. Uul dan Samsul ini dua orang remaja yang tinggal
di Ranu Pani, mereka masih berusia 17 tahun waktu itu. Bekerja sebagai porter merupakan
pekerjaan sambilan mereka saat libur sekolah. Kami pun menghabiskan malam itu
dengan berbincang-bincang dan mendengarkan curhatan Uul yang waktu itu meminta
saran soal kisah asmara yang dihadapiny di sekolah hahahah.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya,
bakal bisa seakrab ini sama mereka bahkan sampai beberapa tahun kami dari
Semeru mereka masih sering mengirim SMS ke kami, hanya untuk sekedar menanyakan
kabar. Bocah-bocah heheh, apa kabar yah mereka sekarang? Hehe.
Pagi terakhir kami di Ranu Kumbolo,
di awali dengan kicauan dari “the crots”
Mas C: mbak mbak bangun mbakk,
mbak mbak keluar mbak dari tenda, sarapan dulu mbak.
Mas A: mbak keluar mbak, ngapain
lama-lama di tenda, sunrisenya cantik loh mbak, masa ke Semeru cuman tinggal di
tenda saja.
Hahahah bergitu seterusnya sampai
kami benar-benar keluar dari tenda. Dan benar saja, sunrise pagi itu sangattt
cantik, Masya Allah. Seperti berada di dunia Teletubhies atau mungkin seperti
gambar pemandangan yang dulu sering kita gambar saat masih kecil, dua buah
gunung berdampingan dengan matahari terbit diantara gunung tersebut. Pemandangannya
100% mirip dengan gambar tersebut. Bahkan proses saat cahaya matahari sudah mulai terlihat di balik gunung dan kabut membuat pemandangan itu menjadi semakin cantikkk Masya Allah. Magic
foto ini beneran no filter pic dan nggak aku edit. |
pose ini terinspirasi dengan film kungfu panda hahaha. Ini lagi nunguin mama Aldi masak spageti buat anak-anaknya haha |
Our last fancy lunch waktu itu,
lagi-lagi dimasakin sama the Crots. Kami cuman menyodorkan semua sisa-sisa
bahan makanan yang kami punya buat diolah sama mereka hahaha. Tugas kami cuman
bantu-bantu cuci piring hehe. Jangan ditanya soal rasa makanan yang mereka
buat, asliii lebihh enak dan lebih beragam dari semalam, dan nasi jagung tetap
jadi favoritku hahaha. Saat itu pun, kami baru tau kalau dari awal perjalanan,
mereka sudah memperhatikan kami. Dari Ranu Pani saat kami makan dan tidur
dengan nyenyaknya di kedai bakso tersebut, mereka sudah memperhatikan kami
bahkan memotret kami yang lagi tidur hahahah, untuk waktu itu saya pakai masker
dan kacamata setidaknya wajahku saat tidur tidak terpampang nyata kwkwkwkkwkw.
akhirnya aldi nongol juga di foto hahah |
Mas D: mbak, kami itu sudah
merhatiin mbak dari Ranu Pani, mbak-mbak ini aurany beda dari cewek-cewek yang mendaki
gunung.
Saya: (aura kasih kapang hahahah)
Mas C: kami sering ngasih kode ke
mbak-mbak cuman nggak pernah digubris.
Oshyn: masa sih??? Kok kami ngga
nyadar yah?
Mas A: kalau kami perhatiin mbak
mbak ini benar-benar asik sama dunia mbak sendiri haha
Oshyn: untung pas nyari tenda,
kita bisa ketemu lagi sama kalian hahaha
Cerita itu pun berlanjut sampai
ke cerita saat kami gagal muncak. Mas Teguh adalah orang yang paling merasa
sedih saat tau kami nggak bisa muncak.
Mas T: wuih sayang banget yah
mbak, sudah jauh-jauh dari makassar tapi nggak sampe puncak, padahal kemarin
aku juga bantuin dua cewe yang hampir nggak sampe puncak, aku tarik mereka pake
tali, soalnya kasian kalau sudah jauh-jauh tapi nggak sampai puncak, coba
kemarin kita ketemu pas diatas atau sebelumny pasti kami bantuin. (ucapan-ucapan
mas Teguh ini sering banget doi ulang-ulang, bahkan sampai kami berpisah di
pasar tumpang malam itu. Pokoknya mas teguh merasa menyesal nggak bisa bantuin
kami buat sampai ke puncak ahahha)
Mas A: Lain kali, kalian kalau
mau ke Semeru lagi hubungi kami-kami yah, mbak-mbak bawa perlengkapan pribadi
aja, untuk tenda, makan dan lain-lain biar kita-kita yang nyiapin.
(Keinginan untuk bisa balik lagi
ke Semeru pun jadi makin kuat waktu itu. Walaupun sampai detik ini belum bisa
terrealisasikan hahahha)
Kami pun bersiap-siap untuk
pulang, jalur yang kami ambil waktu itu lewat gunung ayak-ayak ngikut dengan
jalur yang diambil sama the crots ini. Katanya jalur ini lebih cepat dari jalur
yang kami ambil saat datang, tapi lebih terjelal. (Walaupun nggak sampai di puncak Mahameru, paling nggak udah pernah sampai di puncak gunung ayak-ayak ahahahhaha *pikirku saat itu)
Perjalanan pulang kami pun jadi
lebih ringan soalny carrier kami dibawain sama mereka (ini mereka sendiri loh
yang nawarin, aku mah iya iya aja pas ditawarin haahah). Sungguh ku tak bisa
berkata apa-apa lagi. Mereka ini asli baikkk bangettt. Dan Allah baik banget
sama kami karena mempertemukan kami sama mereka. Mereka benar-benar bantuan besar
yang dikirimkan oleh Allah untuk kami waktu itu.
Perjalanan ke Semeru waktu itu,
benar-benar sebuah perjalanan hati. Tiap kali ada sesuatu yang bikin “pegal-pegal”
hati kalau dibiarkan numpuk pasti ada saja sesuatu yang bakal saya/kami hadapi,
sesuatu yang membuatku selalu berpikir untuk menyerah. Setelah mencoba untuk
berdamai dengan keadaan dan diri sendiri, mencoba untuk mengobati hati atau
menaklukkan diri sendiri, perjalanan kami waktu itu pun menjadi lebih indah dan
menyenangkan. Sebuah perjalanan yang mungkin tidak akan bisa saya lupakan. Perjalanan
yang mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Salah satunya adalah “Jika
kamu ingin mendapatkan atau melihat sesuatu yang mengagumkan maka keluarlah
dari zona nyamanmu”.
The end.
xo
TayaTumada