“A
journey is best measured in friends, rather than miles.” – Tim
Cahill
Ada yang
bilang “Layaknya petualangan, bukan
seberapa jauh dan lama kamu menempuh perjalanan, melainkan seberapa asyik dan
serunya teman-temanmu dalam perjalananmu itu. Dari sini kamu bisa belajar
seperti apa watak dan karakter mereka.”
Seperti
perjalanan kami ke Semeru pada waktu itu. Setelah berdoa bersama perjalanan
kami menuju Ranu Kumbolo di mulai.
Maaf kualitas fotonya sangat jellek maklum ini ambilny pake kamera hp aja :D |
Langkah
demi langkah kami lalui dengan perasaan campur aduk, sesekali bercanda, ngecek
keadaan hati alias perasaan. Konon katany mendaki itu perjalanan hati, jadi
kalau hati kita baik-baik saja, Insha
Allah semuanya akan baik-baik saja. Sampai-sampai tiap beberapa menit, kami
suka ngecek keadaan hati masing-masing hahhah. “gimana hati aman? Amannnn.. oke
lanjutt” seperti itu yang selalu kami ucapkan hahah. OST yang selalu
kami nyanyikan sepanjang jalan kenangan itu adalah lagu Ninja Hattori. “mendaki gunung lewati lembah sungai
mengalir indah ke Samudra bersama teman bertualangg” begitu seterusnya dan
sesekali menyapa dan saling memberi semangat kepada beberapa pendaki yang
berpapasan dengan kami.
“ayok mbak semangatt dikit lagi sampee, udah dekat kok”
Kalimat
tersebut yang selalu dilontarkan oleh para pendaki yang berpapasan dengan kami.
Walupun sebenarnya Ranu Kumbolo masih sangat jauh, tapi kalimat positif
tersebut benar-benar memberikan kekuatan untuk kami yang masih pemula ini.
Setelah beberapa jam
berjalan, mas Dik merasa dia harus bergegas untuk berjalan lebih dulu agar bisa
mengambil tempat yang pas buat pasang tenda nanti, karena ada sangat banyak
pendaki yang mendaki pada hari itu. Mas Dik takut kalau kami nggak dapat tempat
yang baik. Kami pun mengiyakan dan mas Dik menitipkan kami dengan temannya mas
B (sampe hari ini namanya aku belum ingat-ingat juga hahah maap). Waktu itu
kalau saya tidak salah ingat mas Dik jalan bareng Lea dan disusul dengan Aldi
dan Aas. Jadi rombongan yang paling akhir tersisa mas B dan teman-temannya, mbak
isma, saya, Oshyn, Pea, dan Adam. Dan dari sinilah sebuah musibah atau masalah
bermula.
Menjelang magrib
tiba-tiba Pea tersandung akar pohon yang menyebabkan kakiny keseleo. Pea adalah
orang yang paling semangat diantara kami, disepanjang jalan dia tidak pernh
berhenti untuk bernyanyi, lari-larian bahkan sampe jingkrak-jingkrak dengan
cariernya yang sudah pasti berat. Saya saja heran dan berpikir “nih anak dapat kekuatan dari mana yah??”.
Setelah musibah tersebut sempat terlintas dipikiran saya “mungkin ini yang orang tua kami selalu bilang, kalau mau ke daerah
orang jangan lupa beri salam dan jangan kajilijili
alias berlebihan”. Karena menurut Pea, dia benar-benar tidak melihat ada
gundukan akar pohon di jalan tersebut.
sebelum negara api menyerang :D |
Setelah musibah
tersebut tentu saja langkah kami jadi semakin lambat, karena merasa menjadi
penghalang orang-orang yang jalan di belakang kami, kami pun memutuskan agar
mereka jalan lebih dulu. Waktu itu mas B dan temannya jalan lebih dulu, yang
ada dipikiran saya dia akan menunggu kami di suatu titik setelah semua pendaki
lewat. Tapi kenyataannya tidak, yang tersisa hanya saya, pea, adam, oshyn, dan
mba Isma. Lima manusia yang sepanjang hidupnya baru melakukan kegiatan yang
namany mendaki gunung, Lima manusia yang sama sekali buta jalan. Kalian bisa
membayangkan betapaaaaaa keseeellnya kami waktu itu. Dan parahnya semua
kekesalan itu, kami lampiaskan ke Adam (so
sorry dam :( ), padahal Adam hanya berusaha untuk melindungi kami. Tapi
waktu itu rasanya kesel aja sama Adam soalny doi dikit-dikit berhenti balik
belakang buat ngecek, jadinya suka tabrakan sama Oshyn. Padahal sudah
berkali-kali dibilangin:
Oshyn: (dengan nada
pake urat :D) Dam kamu jangan dikit-dikit berhenti dong, tugas kamu cukup jalan
aja di depan liat kondisi jalan kalau ada lubang atau jalannya kenapa-kenapa
cukup ngomong aja ngak usah dikit-dikit berhenti. Nanti biar aku yang kasih
cahaya lampu ke anak-anak dibelakang.
Adam: aku cuman mau
ngecek keadaan kalian aja.
Taya: (dengan nada pake
urat juga :D) iya Damm tau kamu niatny baik tapi kalau kayak gini kita jalannya
jadi makin lambat.
Adam: (ngambek) yah
sudah kalau kalian kenapa-kenapa aku nggak mau peduli lagi (tapi ini cuman
omongan aja soalnya sepanjang jalan doi tetap ngecek keadaan kami dan pasrah
aja diomelin hahaha Dam ohh Adam, maafin kami yang sangat sensi waktu itu :D)
Selain ditinggal, kami pun
kekurangan headlamp. Kalau saya tidak
salah ingat hanya Adam dan Oshyn yang menggunakan headlamp waktu itu, punya saya dipakai sama siapa aku lupa, dan
punya Pea sudah redup dan baterai tidak ada di tas kami. Kurang sialll apa coba
ckckck.
Selain itu ada kejadian
yang agak horor yang menimpa saya. Waktu itu kami sudah tiba di sebuah tempat
yang memiliki jalan yang bercabang, ada yang lurus dan ada yang turun ke bawah.
Kami pun berhenti sejenak karena bingung harus lewat mana, mencoba menunggu
para pendaki yang lain yang kali aja ada di belakang kami, sambil teriak-teriak
manggil nama Mas Dik berharap ada jawaban dari dia. Soalny dikejauhan kami
sudah bisa melihat banyak cahaya lampu dari para pendaki yang sudah tiba lebih
dulu di Ranu Kumbolo, tapi ternyata teriakan itu sia-sia saja tidak ada jawaban
dari mas Dik dan tidak ada satu pun pendaki yang lewat, bisa dibilang kami adalah
rombongan terakhir malam itu yang tiba (mungkin). Kami pun memutuskan untuk
mengambil jalan lurus, sambil sesekali saya ngecek di belakang saya berharap
bisa melihat jejak-jejak pendaki yang akan lewat. Setelah berkali-kali ngecek,
tiba-tiba ada satu cowok dibelakang saya dan jarak kami lumayan sangat dekat,
saya pun bertanya:
Taya: mas ini jalanny
udah benar?
Masnya: *hanya
mengangguk saja
Taya: makasih mas
Saya pun memberitahukan
ke anak-anak yang lain, bawah jalan yang kami ambil sudah benar, dan kembali
melanjutkan perjalanan kami. Kemudian saya
balik ke belakang lagi untuk melihat mas yang tadi, tapi ternyata di belakang
saya tidak ada siapa-siapa. Dalam hati saya cuman ngomong “wuihh manami itu masnya?? Masa nda adaki dibelakangku?? Siapa are’mi
itu tadi ku tanya?”. Saya pun berusaha menepis pikiran negatif itu dan
tidak memberitahukan ke yang lain. “di
tendapi deh ku ceritakan ini ana-ana” pikirku saat itu.
Tidak lama kemudian
kami akhirnya bertemu dengan mas B, yang ternyata menunggu kami di “pintu
masuk” Ranu Kumbolo. “ihh apa poeng sampe
meki baru ko tunggung ki, bajiki” dalam hati saya ngomel-ngomel sendiri.
Sambil menunggu mas Dik
yang mencari kami di Ranu Kumbolo (waktu itu kami sudah tidak sanggup buat
mencari mas Dik dan pasrah aja, berharap mas Dik benar-benar mencari kami).
Kami pun berbaring bersandarkan tas kami, mencoba mengatur napas, memperbaiki
hati, sambil memandang keindahan langit yang bertaburkan bintang di Ranu
Kumbolo pada malam itu. Pemandangan yang sangat indah dan hawa yang
dingin-dingin manja mampu membuat kami untuk melupakan kekecewaan kami sejenak.
(Ahhh akhirnya tiba juga di Ranu Kumbolo, kirainn tadi bakal nyerah di tengah
jalan, fiuhhhhh).
Tidak lama kemudian mas
Dik berhasil menemukan kami dan menuntun kami ke tempat kami akan tidur dan
bergosip pada malam itu. Waktu itu, Aas dan Lea sudah beristirahat terlebih
dulu, dan sempat terbangun saat saya masuk ke tenda mereka. Karena sudah sangat
lelah saya memutuskun untuk menceritakan semuanya besok pagi kepada mereka.
Saya, pea, dan oshyn tidur di tenda yang satunya lagi. Sebelum tidur kami
mencoba flash back kejadian yang baru
saja kami alami sambil ngomel-ngomel tapi diakhiri dengan lawakan yang receh.
Taya: bisaku tadi di’
bopongki Pea sambil bawa dua tas, dapat kekuatan dari mana are’ka tadi hahah
Oshyn: nda sia-sia ko
selalu bonceng Lea sama angkat galon waktu di Pare hahah
Pea: iyo kodong
capeknya mi pasti kaka taya.
Taya: we miring ki tanahnya
ini tempatnya tenda ta, di pinggir danauki poteng
Pea: jan mamiki kaget
kalau besok pagi ada meki mengapung di danau hahahhaa
Lawakan receh itu pun
berhasil mengobati “sedikit” sakit hati kami waktu itu, dan berharap besok jadi
lebih indah sampai perjalanan kami di Semeru berakhir. Satu hal yang pasti,
waktu itu kami sudah bisa sedikit menilai karakter para guide-guide kami,
hmmmmm.
xo
tayatumada