Hari-hari terakhir kami di Pare
menjadi hari yang sangat sibuk, bahkan untuk nongkrong lama-lama di warung
makan pun kami tak sempat. Selain sibuk mempersiapkan kebutuhan yang dibutuhkan
untuk mendaki Gunung Semeru nanti, kami pun disibukkan dengan padatnya jdwal
kelas IELTS. Jadi tiap ada waktu luang sedikit, waktu itu kami gunakan untuk
beristirahat di asrama.
Ada beberapa persiapan yang kami
lakukan selama beberapa minggu terakhir kami di Pare. Pertama adalah
berolahraga, setiap sore setelah kelas berakhir kami selalu berangkat ke lapangan
yang ada di daerah Pare untuk lari keliling lapangan selama beberapa putararan
(walaupun sebenarnya lebih banyak jalannya dari pada larinya, tapi tak mengapa, namany
juga usaha :D). Setiap sore banyak warga lokal yang juga berolahraga di lapangan
tersebut dan setiap sore juga kami selalu menjadi pusat perhatian orang-orang
di sana. Bagaimana tidak, pakaian yang kami kenakan sungguh sangat jauh dari
pakaian orang yang sedang berolahraga, celana kaos dan sandal jepit hahaha. Waktu
itu kami tidak punya celana training ataupun sepatu lari, soalnya sebelum
berangkat tidak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa kami akan mendaki gunung.
Walaupun selalu menjadi pusat perhatian tapi itu tidak menjadi penghalang buat
kami, bodo amat kita tidak kenal kok, mind
yours guys, hahaha (seperti itu yang ada pikiran kami waktu itu).
Sebenarnya walaupun tidak lari
keliling lapangan pun tak jd masalah karena selama beberapa bulan kami tinggal
di Pare, hari-harinya kami selalu bersepeda keliling Pare, apa lg kalau harus
membonceng si Lea yang tidak bisa bawa sepeda, Wowww the struggle is real guys hahhhaha (sowry lea). Tapi waktu itu
karena lagi semangat semangatnya pengen naik gunung dan kita tidak tau kondisi di sana kayak gimana (maklum org awam), kamipun memutuskan untuk lari keliling lapangan
tiap sore biar fit nantinya. Ke dua, cari teman, biar tidak kami berempat saja yang
berangkat. Alhamdulillah waktu itu ada Aldi yang bersedia ikut, Aldi ini salah
satu teman kami d Pare yang sebelumnya sudah pernh berangkat ke Jogja bareng dan
dia juga sudah pernah mendaki gunung semeru. Selain Aldi juga ada Pea dan Adam
teman kelas IELTS kami di pare.
Ke tiga, mempersiapkan segala
kebutuhan yang diperlukan untuk mendaki gunung. Untuk mempersiapkan semuanya,
hampir tiap weekend kami selalu berangkat ke Malang, dan bersyukur banget waktu
itu kami banyak dbantu sama Febri, mulai dari nyari tempat sewa tenda dkk,
nyari sepatu gunung, dan jaket (thank u Febri J). Selain itu kami juga mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk izin sebelum mendaki ke petugas nanti. Berkas-berkasnya yaitu foto copy KTP dan surat keterangan berbadan sehat.
Selama proses persiapan dlakukan, tiba-tiba kami ketemu sm mas A (aku lupa namany). Waktu itu kami ketemu di tempat makan, dan tidak sengaja mendengar percakapannya dengan temannya yang lagi bercerita soal pengalamannya sehabis mendaki gunung di mana aku lupa. Sehabis makan dengan hati-hati Aas mencoba menyapanya dan bertanya hal-hal yang berkaitan dengan gunung Semeru. Waktu itu mas A welcome banget menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, tiba-tiba Febri menyarankan untuk ngehire mas A biar jd tour guidenya kami. Aas pun mulai menanyakan mas A dan Alhamdulillah doi setuju. Waktu itu kami tidak berdiskusi dengan Aldi, soalny yang ada dpikiran kami, kami harus nyari satu lagi orang yang tau kondisi di sana kayak gimana, buat ngurangin bebannya Aldi, dan kami takut kalau tiba-tiba pas hari H nanti Aldi tidak bisa ikut.
Selama proses persiapan dlakukan, tiba-tiba kami ketemu sm mas A (aku lupa namany). Waktu itu kami ketemu di tempat makan, dan tidak sengaja mendengar percakapannya dengan temannya yang lagi bercerita soal pengalamannya sehabis mendaki gunung di mana aku lupa. Sehabis makan dengan hati-hati Aas mencoba menyapanya dan bertanya hal-hal yang berkaitan dengan gunung Semeru. Waktu itu mas A welcome banget menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, tiba-tiba Febri menyarankan untuk ngehire mas A biar jd tour guidenya kami. Aas pun mulai menanyakan mas A dan Alhamdulillah doi setuju. Waktu itu kami tidak berdiskusi dengan Aldi, soalny yang ada dpikiran kami, kami harus nyari satu lagi orang yang tau kondisi di sana kayak gimana, buat ngurangin bebannya Aldi, dan kami takut kalau tiba-tiba pas hari H nanti Aldi tidak bisa ikut.
Hari yang kami tunggu pun tiba,
setelah berpamitan dengan teman-teman di pare, kami pun berangkat menuju
Malang, dan dari sini lah sebuah cerita di mulai, mulai dari senang, sedih,
kecewa terus senang lagi. Semuanya menjadi kenangan yang sangat berharga untuk
kami. I will tell you about the story next
time J
xo
TayaTumada