Perjalanan kami menuju Malang
waktu itu sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu dengan naik bus Puspa Indah.
Bedanya, kali itu kami tidak menunggu di pinggir jalan seperti yang biasa dilakukan.
Kami langsung ke Terminal bus tempat bus Puspa Indah mangkal, karena waktu itu
barang kami sangat banyak. Rencananya sehabis mendaki Gunung Semeru kami bakal
langsung balik ke Makassar, jadi semua barang-barang kami selama tiga bulan
tinggal di Pare ikut di angkut ke Malang.
Setibanya di Malang, kami langsung
singgah di kostan Dila (teman kami), untuk nitip barang. Sehabis itu kami
langsung ke tempat penyewaan peralatan mendaki yang kebetulan tidak jauh dari
kostan Dila. Malam itu semua barang-barang yang akan kami bawa untuk mendaki di
packing di kostan dila dengan bantuan
Febri,Aldi dan Mas Dik “guide kami”
(akhirnya udah ingat namanya berkat Aas hehe).
Setelah packingan selesai kami langsung pamit sama Dila untuk berangkat ke
Tumpang tempat kami akan nginap malam itu. Barang-barang yang tidak dibawa
untuk mendaki kami titip di Febri, soalnya pada saat turun gunung nanti Dila
sedang keluar kota, jadi semuanya dititip di Febri (thank u loh Feb :D). Waktu
itu kami nyewa angkot untuk berangkat ke rumah kerabat mas Dik di daerah
Tumpang. Sampai di tempat penginapan kami pun kenalan sama teman-teman mas Dik
yang akan ikut mendaki bersama kami, mas A (namanya lupa lagi hehe) dan mbak Isma
namanya.
Ke esokan paginya, saya, Isma,
Aldi dan mas Dik berangkat ke Pasar Tumpang untuk membeli bahan makanan.
Kondisi Pasar Tumpang pagi itu sangat ramai, ada banyak pendaki-pendaki yang
berkumpul disana, bahkan satu-satunya alfamart terdekat yang ada di daerah
itupun, barang-baranya banyak yang habis. Aku sempat nanya ke Mas Dik:
Taya: Mas ini rame bangett yahh,
banyak banget yang mau mendaki
Mas Dik: iya Taya, soalnya ini
kali pertama Gunung Semeru kembali dibuka untuk para pendaki setelah beberapa
bulan ditutup.
Taya: wahh pasti bakal rame
banget yanh nanti di sana mas (mulai agak khawatir)
Setelah berbelanja di Pasar
Tumpang, kami pun langsung mencari Alfamart tempat kami janjian dengan yang
lainnya untuk beli air minum, cemilan, obat-obatan dan sarapan (kebetulan di
samping Alfamartnya ada tenda-tenda warung makan, jadi skalian sarapan di situ).
Setelah semuanya selesai, kami kembali ke penginapan untuk siap-siapa berangkat
ke Ranu Pani.
Kira-kira pukul 9/10 waktu
setempat kami berangkat ke Ranu Pani dengan menggunakan mobil pick up. Lagi-lagi mobil pick up yah guys bukan mobil jip yang kayak
di film 5 cm hahah. Budget nya g
cukupp shayyy hahahah. But so far, we
enjoyed it very much hahah. Di sepanjang jalan kami disuguhkan dengan
pemandangan yang luar biasa Indahnya, Masha
Allah. Sesekali kami meminta sama pak sopir untuk mengurangi laju kendaraan
hanya untuk menikmati pemandangan di sekitar.
Rasa senang dan degdegan
menyelimuti hati kami waktu. Senang karena diberi rezeky kesehatan, kesempatan
sama Allah untuk bisa mewujudkan salah satu mimpi kami, dan degdegan karena ini
kali pertama bagi kami untuk melakukan kegiatan yang namanya mendaki. Ada
banyak kekhawatiran / ketakutan yang saya rasakan waktu itu. Saya sempat ngomong ke Aas, Lea, Oshyn, dan
Pea, kira-kira seperti ini percakapan kami.
Taya: bisa jeki?? Beratnya lagi
ini tas ta’ (klo aku tidak salah ingat tas kami waktu itu adalah tas carrier 60 L, soalnya sisa tas yang ada cuman yg itu aja)
Aas: Insha Allah bisa jeki
Lea: iya Insha Allah bisa jeki
berdoa meki saja
Oshyn: masa angkat galon saja
bisa baru ini tasji na tidak bisaki. Pasti bisa
Aas: klo memang nda bisaki sewa
meki saja porter.
Pea: ayo kakak-kakak, semangattki
semua (dengan senyum khasnya)
ini masih ngetes berat tas, tp pake tasnya Aldi :D |
Rasa khawatir itu pun mulai
sedikit berkurang, berkat mereka. Saya yakin, sebenarnya mereka juga merasakan
apa yang saya rasakan tapi berusaha dihilangkan dengan pemikiran-pemikiran
positif. Berusaha agar si nethink ini
tidak menguasai pikiran dan hati mereka. Saya pun sangat bersyukur bisa
melakukan perjalanan ini bersama mereka. (Terima kasih ya Allah)
Sampai di Ranu Pani, tempat titik
awal para pendaki sudah mulai sangat ramai, bahkan Mesjidnya pun sudah penuh
dan harus antri. Sambil menunggu Mas Dik ngantri di Post untuk ijin mendaki
dengan membawa berkas-berkas kami, kami pun langsung ke Mesjid untuk Shalat dan
berdoa semoga perjalanan kami dimudahkan dan dilancarkan. Sehabis shalat saya
dan Aas melihat ada banyak pendaki cewe’ yang hanya membawa tas ransel kecil
tidak seperti tas kami. Sempat terpikirkan untuk menyewa porter tapi waktu itu
Aldi ngomong:
Taya: Rul liatko tasnya itu cewe
ee ransel kecilji
Aas: iyo taya ku liatji juga itu
tadi, sewa porter meki?
Taya: kw ji menurutmu bagaimana?
Aas: Aldi sewa porter meki deh
Aldi: jangan mi, pikirki sayang
uangnya terus nanti pasti ada hal lain yang bisa kalian ceritakan dari ini.
Yakinja pasti bisa jeko semua, kalau nanti pas diperjalanan kalian capek,
istirahat meki saja, jalan santai saja, tidak usah buru-buru.
Kami pun tidak jadi untuk menyewa
porter dan memutuskan untuk menikmati setiap detik dari perjalanan kami dengan
hati riang gembira. Sambil menunggu Mas Dik yang masih ngantri (soalnya
antriannya panjang banget, banyak banget yang mau mendaki waktu itu), kami pun
mengahabiskan waktu untuk menunggu di warung bakso, makan siang dan sempat
tertidur pulas di warung bakso tersebut (kebiasaan dari pesantren terbawa
sampai ke Ranu Pani haha “tidur dimana saja” hahah).
Tidak lama kemudian Mas Dik
datang dan memanggil kami untuk berkumpul dan berdoa sebelum memulai perjalanan
menuju Ranu Kumbolo.
Adam, aku, Pea, Aas, Oshyn, Lea, Aldi (Maaf yah kualitas gambarnya jelek soalny ini fotonya pake camera hp sj hehe) |
Bersambung
xo
TayaTumada